Selasa, 27 September 2011

Elephant is. .

Barangkali sebagian dari kita pernah membaca kisah ini, atau kisah yang serupa dengannya. Tapi, dengan sedikit perubahan dan dramatisasi pada penghujungnya, saya ingin membawakannya kembali. Entah akan terambil hikmahnya atau tidak. Semoga.

---

Terkisah, ada tiga orang anak kecil dari kota dikumpulkan oleh seorang pemilik peternakan. Sang pemilik peternakan memiliki banyak sekali binatang ternak yang dipeliharanya dengan baik. Sangat berbeda dengan pemilik peternakan yang berkutat dengan binatang-binatang ternak setiap harinya, ketiga anak ini sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang binatang. Selama ini mereka mengenal binatang sebatas dari dongeng yang diceritakan oleh kedua orang tua mereka untuk  mengantar mereka terlelap tidur.

Singkat cerita, sang pemilik peternakan meminta ketiganya untuk bersedia ditutup matanya. Kemudian, mereka diminta untuk menebak binatang apa yang akan dihadapkan kepada mereka nanti. Mereka diperbolehkan meraba, tetapi tidak untuk membuka penutup mata.

Ketiga anak itu ditempatkan di posisinya masing-masing. Dekat dengan si binatang. Setelah diberi aba-aba, ketiganya mulai meraba. Tidak sampai lima menit waktu yang diberikan untuk meraba, kemudian mereka diminta menjelaskan tentang sebuah binatang yang tadi mereka raba, yang belakangan diberitahu oleh si pemilik bahwa binatang tersebut adalah gajah.

Si anak pertama berkata, "Gajah itu kecil. Ia bahkan pipih sekali! Aku bisa mengibas-ibaskannya dengan tanganku. Well, ia pasti lucu sekali."

Anak yang kedua diberi kesempatan untuk menjelaskan apa itu gajah. Ia berkata, "Tidak! Kau salah! Sama sekali salah! Gajah itu sungguh besar. Mungkin ia lebih besar dari pada ayahmu. Ia bulat. Tanganku tidak cukup panjang untuk melingkarinya. Kau benar-benar salah."

Sang pemilik peterbakan berpaling kepada anak ketiga. "Kalau kau, Nak, bagaimana menurutmu tentang gajah?"

"Sir, aku tidak yakin. Bagiku ia cukup berat. Sebesar pahaku, kurasa. Ia mengeluarkan angin yang hangat," menggaruk kepalanya. Berpikir. "Tapi, mungkin aku salah. Mataku tertutup. Semuanya gelap. Aku ingin melihatnya dengan mataku. Kalau aku boleh melihatnya..."

Sang pemilik peternakan tersenyum. Mengusap kepala ketiganya. "Ya, kalian boleh membuka mata kalian."

---

Yup.
Tidak ada yang salah dengan jawaban ketiganya. Bahwa gajah itu pipih, tentu saja itu benar. Si anak pertama mendapat telinga gajah. Ia mengibas-ibaskannya dan memainkannya. Si anak kedua meraba perut gajah. Itu juga tidak salah jika ia menjelaskan bahwa gajah itu besar. Dan si anak ketiga, menyebutkan apa yang ia ketahui tentang hidung gajah. Hanya saja si anak ketiga tidak cukup puas mengetahui dengan mata yang tertutup. Ia ingin mengetahui kebenaran itu secara keseluruhan.

Bahwa Islam mulai terkotak-kotak pun tentu saja sudah diprediksikan oleh Rasulullah. Tidak mesti salah pemahaman yang masing-masing diyakini oleh mereka.

Aku hanya meyakinkan diriku, bahwa mereka benar.
Mereka meyakininya dengan ilmu mereka.

Aku masih jauh untuk menjadi sang pemilik peternakan, yang mngetahui semuanya. Tapi aku tidak berharap menjadi si anak pertama atau bahkan kedua. Cukuplah aku mengakui bahwa aku belum benar-benar tahu, dan "bukalah penutup mataku" agar aku tahu.

qul innamal 'ilmu 'indallah.. (67:26)

'amal ba'da 'ilmu. .
wallahu a'lam bishshawab.

2 komentar:

  1. siiiip, setju Tis.
    keep posting yaaaa ^^

    BalasHapus
  2. syukran Ukhti.. bgmn, apakah blogger bisa jd friend / followers di wordpress? ak jg baru sih ini bikinnya Ukht. .

    BalasHapus