Selasa, 27 September 2011

Kehendak Allah itu (sebenarnya) Mudah Ditebak

" Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaan" ( Asy Syams : 8 ).

     Hakikatnya bukan malaikat, karena tak melulu berada dalam kepatuhan. Ianya sering bersalah dan mengulangi dosa. Bukan juga iblis yang istiqomah berdosa sampai hari kiamat kelak. Meskipun begitu, manusia ~dengan semua piranti yang diberikan kepadanya~, bisa dicemburui oleh malaikat karena ibadah yang ia lakukan. Pada saat yang sama, ia akan bertempat yang sama dengan syaithan jika amal timbangan keburukannya lebih berat daripada timbangan amal kebaikannya. Maka keduanya adalah pilihan, dan pilihan itu ada di tangan si manusianya sendiri.

     Hmmm.. Sebenarnya kehendak Allah itu mudah loh..

     Sepagi tadi, mengabsen apa-apa saja yang dimiliki sampai saat ini, jika itu digunakan dalam kebaikan, maka itulah kehendak Allah. Misalnya, jika yang kita miliki adalah suara yang bagus ~setidaknya yang bilang gitu ya cuma ibu kita.he~ maka shadaqahkan suara kita itu untuk tilawah. Membacanya dangan benar kemudian melagukannya. Kan banyak tuh, orang-orang yang mendapat hidayah setelah mendengar bacaan Qur'an. Umar ibn Khaththab juga demikian, kan?

     Jika, yang kita miliki adalah tulisan tangan bagus, maka berprasangka baiklah dengan tulisan tangan kita itu kita akan mengubah dunia dengan tulisan. Kan ada, sebuah lirik nasyid, "kata ibarat pedang yang tajamnya bisa membunuh lawan..". Maksudnya begitu besar peran kata-kata yang mempunyai ruh bisa mengubah sejarah, mengubah paradigma. Al Qur'anul Kariim tersusun pada masa Rasulullah, yang saat itu dunia persajakan sedang booming, sedang populer. Al Qur'an  hadir sebagai sajak terindah sepanjang masa, disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang umi, yang tidak bisa baca tulis. Sehingga dengan itu, tak ada keraguan bahwa Al Qur'an memang bukan karya pemikiran manusia. Subhanallah skenario Allah saat itu..

     Atau mungkin kita memiliki kelebihan berupa kecerdasan, maka hak kecerdasan kita adalah menggunakannya dalam apa-apa yang bermanfaat untuk Islam. Ilmu adalah milik umat Islam. Betapa kita mengenal para 'ulama besar mengawali kemajuan pengetahuan di berbagai bidang. Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya, ibnu Haytsam dengan ilmu fisikanya, dan yang lain. Dan betapa Allah meninggikan derajat seeorang itu bukan dengan harta, bukan dengan rupa, tapi dengan ilmu. Rasullullah membandingkan ahli ilmu dengan ahli ibadah seperti bulan berbanding bintang di sekitarnya. Karena ibadah yang disertai ilmu akan lebih bernilai dan diterima oleh Allah. Jika mendapatkan dunia adalah dengan ilmu, maka untuk mendapatkan akhirat haruslah dengan ilmu.

     Tak lengkap kelebihan tanpa kekurangan. Dan kekurangan jika dimaknai dengan benar maka akan menjadi ladang pahala juga. Mengetahui bahwa kita memiliki karakter pemarah misalnya nih, akan menjadi jihad kalau kita mau menahan marah kita terus mengiringnya dengan pemaafan. Tarik napas dalam-dalam, tahan sebentar, keluarkan :)

     Atau kita merasa memiliki sifat "lemot" atau "lola"? hhhff.. Ibnu Hajar Al Asqalani mengajari kita untuk bersabar dalam belajar. Semasa mudanya beliau hampir putus asa dalam belajar. Hafalan teman-temannya lebih banyak. Sampai beliau menyendiri di sebuah gua dan mendapati tetesan air dari ujung stalaktit mampu menciptakan sebuah cekungan pada batu. Beliau tahu, air yang menetes itu, jika satu persatu menetes, sedikit demi sedikit menimpa batu, kepadatan batu akan kalah juga. Sehingga menjadilah beliau, menuangkan sebagian hafalan hadistnya dalam karya kitab Bulughul Maram sebagai buku referensi fiqh umat Islam. Waooww.. Subhanallah.

     Entahlah. Apapun yang kita miliki, jika itu runcing, maka gunakanlah dalam kebaikan. Jika masih tumpul, kita hanya tinggal mengasahnya saja. Dan tuailah pahala dalam setiap momen pengasahan itu. Yang mengetik inipun masih sangat jauh dari fase mengasah. Ianya masih perlu mencari, belajar, mengamati.

     Kita semua sama, Allah memfasilitasi kita dengan perangkat yang sama. Seperti yang terkutip dalam Asy Syams ayat 8. Kita sama-sama memiliki ilham fujur dan ilham taqwa. Maka manakah yang paling berat timbangannya di akhir nanti itulah hasilnya. Dan aku hanya berdoa semoga kitalah pemenangnya. Dengan Al Qur'an dan Sunnah sebagi kompasnya:)

...

pada suatu pagi hari, bada shubuh setelah mengerjai dan dimarahi kakak >
03092011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar