Selasa, 27 September 2011

Teruntuk "Sobat" Kami..

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Saat itu, seusai pelajaran di kelas, aku berkumpul dengan beberapa teman-temanku di serambi mushola sekolah. Serambi itu kecil, tapi kata teman-teman, kita akan merasakan keteduhan yang dalam saat kita berada di sana. Mushola itu masih sederhana kala itu. Dinding-dindingnya belum mengalami renovasi seperti sekarang. Belum ada keramik berukir, belum ada almari-almari buku bacaan, belum ada beberapa pahatan tambahan. Tetapi, sungguh tidak pernah ada yang sempat menduga, di tempat aku dan beberapa temanku bercengkrama itu, akan tercipta sebuah momen indah tak terlupakan bagi kami. Sama sekali tak sesederhana serambi mushola kala itu.

Kami masih asyik bergurau, bergosip 'ngalor-ngidul'. Dan saat itulah, kakak kami datang. Kami ingat betul bunyi motornya. Yah, mungkin itulah salah satu cara aneh kami mencintai kakak kami ini, kami sampai menghapal suara deru motornya.

Sosok dengan wajah senyum itu berjalan ke arah kami. Tampaknya kakak habis kuliah, seragamnya masih ia kenakan. Jilbab besar dan kemeja warna putih, serta rok biru dan ransel biru navy. Kakak menghampiri kami, menyalami kami dan bercium pipi dengan kami. Hehe, jangan iri, ya.

Kakak duduk di antara kami, dan kami pun larut dalam obrolan hangat bersama kakak. Iya, hangat, sampai aku ingin kau pun juga turut merasakan kehangatan ini di dadamu meskipun kau tidak bersama kami saat itu:)

Kakak mulai mengeluarkan sebuah buku.

"Tamasya ke Syurga", judul besar pada halaman muka buku itu.

Akan kukutip sepenggal isi buku yang sempat kakak kisahkan untuk kami, kukutip ini untuk kalian:)

"...dan bagi mereka yang banyak beramal sholeh, sehingga berat timbangan amalan baiknya lebih berat dibandingkan timbangan amal keburukannya, maka Allah Menjanjikan syurga untuk mereka. Tidak ada yang lebih menepati janji selain Allah. Insya Allah. Mereka menemui sakaratul mautnya dengan kemudahan atas izin Allah. Ruh mereka keluar begitu mudahnya, seperti air yang mengalir dari mulut tempat air minum. Dalam pandangan mereka, terbias indahnya sebuah taman. Tidak ada taman di dunia ini yang mampu menandingi keindahan taman ini.

Perlahan, ruh mereka meninggalkan jasad. Mulai dari kaki, naik ke kepala. Sakit yang dirasa, tapi merekah senyum mereka. Mereka tahu sebentar lagi mereka menemui sesuatu yang begitu mereka rindukan selama ini. Ada sebuah kerinduan membuncah, serta segenap memori terputar indah. Saat ruh hampir meninggalkan jasad, air mata pun tak terasa terurai. Tapi senyum itu masih di sana, hingga benar-benar hanya jasad yang berbaring di sana."

Kakak tersenyum kecil. Di balik kaca matanya,kami melihat kerut matanya manandakan senyum itu tulus untuk kami. Kakak mungkin juga sedang menahan tangis haru.

Kakak melanjutkan, "Malaikat menyambut ruh sang hamba Allah yang shalih. Dengan salam serta ucapan selamat dari makhluk suci Allah ini. Malaikat membawa ruh itu dengan hati-hati, menggunakan sehelai kain dengan bahan terhalus yang hanya mampu kita bayangkan. Aroma wangi tercium sampai ke langit. Ruh itu dibawa dengan sangat hati-hati sampai ke langit.

Setibanya di langit, para malaikat bertanya-tanya ruh siapakah yang begitu harum tercium sampai ke langit? 'Ini adalah ruh Fulan bin Fulan', jawab seorang malaikat. Pintu langit terbuka lebar untuknya, dan Allah Menghendaki ruh Fulan ini menanti hari berbangkit di alam kuburnya. DilebarkanNya alam kuburnya sejauh pandang. DihiasiNya dengan taman-taman terindah sebagai tempat penantiannya. Inilah balasan untuknya. Malaikat kembali menurunkan ruhnya. Di sanalah ia menanti."

Kakak menyelesaikan kutipannya. Menghela napas. Melihat reaksi kami.

Kami tidak bereaksi berarti, sesekali tersesak ingin menangis. Kami tenggelam oleh imajinasi kami. Kakak membuka sisi lain sudut pandang kami mengenai maut. Kematian begitu indah dan hanya mampu dirindukan oleh hamba-hamba Allah yang seluruh hidupnya telah diserahkan pada Allah, yaitu hamba-hambaNya yang telah melakukan jual-beli surga dengan Allah.

Sesungguhnya Allah sesuai persangkaan hambaNya. betapa aku ingin membagi kisah kami ini dengan kalian. Aku ingin seperti kakak, menghidupkan kembali arti mati dalam hati kita. Sudahkah kita merindukan mati? Cukupkah amal kita apabila mungkin dalam hitungan hari, atau jam, atau menit, atau mungkin detik setelah ini malaikat menjemput kita??

Sungguh Allah mencintai kita. Adalah Allah yang ingin memberi kita kesempatan untuk bertaubat saat Ia membuat kita ingat akan indahnya mati. Sungguh banyak, teramat banyak malah, orang-orang yang menjemput ajalnya secara tiba-tiba tanpa merasakan sebelumnya bahwa ia sudah begitu dekat dengan mautnya. Mereka belum sempat bertaubat, mereka belum sempat meminta maaf pada orang-orang yang ia pernah dzalim terhadap mereka.

Saudaraku, Allah Mencintai kita. Allah Mencintai kita. Allah Mencintai kita.
Teriring doa, semoga kelak kita dimampukan bereuni di jannahNya.
Terucap permohonan maaf, beribu maaf, apabila aku yang bukan siapa-siapa ini pernah berkata dan bertindak menyakiti kalian. Sungguh mohon maaf.

[[ Teruntuk Kakak, sungguh akupun merindukanmu,
kau pasti saat ini berbahagia di tempat penantianmu:')
kau masih ada di dalam sini, di sini, di hati kami ]]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar